Sabtu, 01 Agustus 2015

Pengaruh pH Terhadap Perairan dan Organisme Perairan

SEBUAH TULISAN DARI SEORANG MAHASISWA
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
( FPIK )
UNIVERSITAS PADJAJARAN

A.   Latar Belakang

            Dewasa ini, teknologi dan kemajuan jaman adalah hal yan g lumrah terjadi disetiap tempat di muka bumi ini. Dengan majunya perkembangan teknologi di dunia ini adalah akibat banyaknya pertumbuhan penduduk disetiap wilayah. Ini diakibatkan karena sumber daya manusia pun meningkat. Apalagi sekarang pendidikan untuk setiap manusia menjaid prioritas utama di suatu wilayah. Dengan majunya teknologi sesuatu yang dulu mustahil menjadi mungkin saja terjadi. Pengetahuan manusia yang berkembang yang membuat dunia ini begitu berbeda dengan dahulu. Semua kebutuhan manusia menjadi sangat mudah terpenuhi.
            Namun, semua itu tidak lepasnya dari dampak negatif yang terjadi. Permasalahan – permasalahan pun timbul akibat kemajuan teknologi. Akibat keserakahan manusia yang terkena imbas akibat ulah manusia adalah alam. Pencemaran terjadi dimana – mana baik di darat, perairan, udara dan yang lainnya terkena akibat dampak kemajuan teknologi tersebut.
            Salah satunya adalah masalah yang ada di perairan yang saat ini sering terjadi. Ada beberapa indicator yang dapat kita lihat dalam menentukan suatu perairan masih baik atau sudah tercemar yaitu :
1. Faktor fisika : tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna, bau dan rasa, bahan padat (solid), gaya antar listrik, radioaktifitas, dan viskositas.
2. Faktor kimia : zat kimia yang terlarut, perubahan pH, potensial reduksi – oksidasi, alkalinitas, kesadahan, asiditas, kebutuhan oksigen, hydrogen, dan fosfat.
            pH merupakan salah satu hal penting dalam menentukan kualitas air suatu perairan. pH umumnya mengalami peningkatan akibat dari perairan yang sudah tercemar oleh ulah manusia itu sendiri. Itu karena banyaknya limbah, ataupun bahan organic dan anorganik yang mencemari perairan tersebut. Walaupun ada beberapa factor lain yang dapat menyebabkan itu terjadi selain ulah manusia.
            Inilah yang menjadi rumusan masalah yang akan dibahas yaitu pengaruh peningkatan pH terhadap perairan.

B.   Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dalam pembuatan  makalah  ini adalah :
·         Mengetahui factor fisika dan  kimia sebagai indicator yang mempengaruhi suatu perairan
·         Mengetahui akibat atau pengaruh yang terjadi karena pengaruh factor fisika dan  kimia
·         Mengetahui factor – factor penyebab terjadinya perubahan pH dalam suatu perairan.

BAB II
ISI 
A.   Literatur Kualitas Air
            Kualitas air adalah kondisi kalitatif air yang diukur dan atau di uji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air.
            Kualitas Air merupakan istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan, pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya. Peduli kualitas air adalah mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan kelestarian dalam penggunaannya.
            Menurut Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemaliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi alamiahnya.
            Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi atau komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam dan sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya).
            Lima syarat utama kualitas air bagi kehidupan ikan adalah :
1. Rendah kadar amonia dan nitrit
2. Bersih secara kimiawi
3. Memiliki pH, kesadahan, dan temperatur yang sesuai
4. Rendah kadar cemaran organik, dan
5. Stabil
            Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut, CO2 bebas, pH, Konduktivitas, Kecerahan, Alkalinitas ).
            Suhu air dipengaruhi komposisi substrat, kecerahan, kekeruhan, air tanah dan pertukaran air, panas udara akibat respirasi dan naungan dari kondisi perairan tersebut.
            Kecerahan suatu perairan menentuan sejauh mana cahaya matahari dapat menembus suatu perairan dan sampai kedalaman berapa proses fotosintesis dapat berlangsung sempurna. Kecerahan yang mendukung adalah apabila pinggan seichi disk mencapai 20-40 cm dari permukaan.
            Novotny dan Olem, 1994 (dalam Effendi, 2003) menyatakan bahwa sebagian besar biota akuatik sensitive terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7 – 8,5. niali pH sangat mempaengaruhi proses biokomia perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah. Sedangkan menurut Haslam, 1995 (dalam Effendi, 2003) menambahkan bahwa pada pH < 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat bertolerensi terhadap pH rendah.
            Kelarutan oksigen dalam air tergantung dari suhu air. Kelarutan oksigen dalam air akan berkurang dari 14,74 mg/l pada suhu 0 0C menjadi 7,03 m/l pada suhu 35 0C. dengan kenaikkan suhu air terjadi pula penurunan kelarutan oksigen yang disertai dengan naiknya kecepatan pernapasan organisme perairan, sehingga sering menyebabkan terjadinya kenaikkan kebutuhan oksigen yang disertai dengan turunnya kelarutan gas-gas lain di dalam air.
            Peningkatan suhu sebsar 1 0C akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10. Dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan organik dapat mengurangi kadar oksigen terlarut hingga mencapai nol (Brown dalam Effendi, 2003).
            Kasry (1995) mengemukakan bahwa tingginya tingkat CO2 bebas dalam air dihasilkan dari proses perombakan bahan organic dan mikroba. Kadar karbondioksida bebas yang dikehendaki tidak lebih dari 12 mg/l dan kandungan terendah adalah 2 mg/l. Kandungan karbondioksida bebas diperairan tidak lebih dari 25 mg/l dengan catatan kadar oksigen terlarut cukup tinggi.

B.   Hubungan Antar Kualitas Air
            Menurut Lesmana (2001), suhu pada air mempengaruhi kecepatan reaksi kimia, baik dalam media luar maupun dalam tubuh ikan.  Suhu makin naik, maka reaksi kimia akan ssemakin cepat, sedangkan konsentrasi gas akan semakin turun, termasuk oksigen. Akibatnya, ikan akan membuat reaksi toleran dan tidak toleran. Naiknya suhu, akan berpengaruh pada salinitas, sehingga ikan akan melakukan prosess osmoregulasi. Oleh ikan dari daerah air payau akan malakukan yoleransi yang tinggi dibandingkan ikan laut dan ikan tawar.
            Manurut Anonymaus(2010), laju peningkatan pH akan dilakukan oleh nilai pH awal. Sebagai contoh : kebutuhan jumlah ion karbonat perlu ditambahkan utuk meningkatkan satu satuan pH akan jauh lebih banyak apabila awalnya 6,3 dibandingkan hal yang sama dilakukan pada pH 7,5. kenaikan pH yang  akan terjadi diimbangi oleh kadar Co2 terlarut dalan air. Sehingga, Co2 akan menurunkan pH.
1. Parameter fisika
a. Suhu
            Pola temparatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggihan geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu pola temperatur perairan dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan oleh aktivitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik, penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung.
            Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang, misalnya stres yang ditandai dengan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal. Pada suhu rendah, akibat yang ditimbulkan antara lain ikan menjadi lebih rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun. Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres pernafasan pada ikan berupa menurunnya laju pernafasan dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen.



2. Parameter kimia
a.pH
            Organisme akuatik dapat hidup dalam suatu perairan yang mepunyai nilai PH dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai asam lemah sampai basa lemah. PH yang ideal bagi kehidupan organisme akuatik pada umumnya berkisar antara 7 sampai 8,5.Kondisi perairan yang bersifat asam maupun basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi.Disamping itu PH yang sangat rendah akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat yang bersifat toksik semakin tinggi yang tentunya akan mengancam kelangsungan hidup organisme akuatik.Sementara PH yang tinggi akan menyebabkan keseimbangan antara ammonium dan ammoniak dalam air akan terganggu, dimana kenaikan PH diatas netralakan meningkat konsentrasi ammoniak yang jga sangat toksik bagi organisme.
            Batas toleransi organisme terhadap PH bervariasi tergantung pada suhu, oksigen terlarut, dan kandngan garam-garam ionik suatu perairan.Kebanyakan perairan alami memiliki PH berkisar antara 6-9 . sebagian besar biota perairan sensitif terhadap perubahan PH dan menyukai nilai Phsekitar 7-8,5(Effendi, 2003 dalam).Nilai PH sangat menentukan dominasi fitoplankton. Pada umumnya alga biru lebih menyukai PH netral sampai basa dan respon pertumbuhan negatif terhadap asam(PH<6).Chrysophyta umumnya pada kisaran PH 4,5-8,5 dan pada umumnya diatom pada kisaran PH yang netral akan mengandung keanekaragaman jenisnya.
b. DO
            Kandungan oksigen terlarut merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu perairan.Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting di dalam ekosistem perairan, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasibagi sebagian besar organisme air.Kelarutan oksigen di dalam air sangat dipengaruhi terutama oleh suhu.Kelarutan maksimum oksigen di dalam air terdapat pada suhu 0oC, yaitu sebesar 14,16 mg/i O2.Kosentrasi menurun sejalan dengan meningkatnya suhu air.Peningkatan suhu menyebabkan konsentrasi oksigen menurun dan sebaliknya suhu yang semakin rendah meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut.
            Sanusi(2004) dalam Yazwar(2008) mengatakan bahwa nilai DO yang berkisar diantara 5,45-7,00 mg/l cukup baik bagi proses kehidupan biota perairan.Barus(2001) dalam Yazwar(2008), menegaskan bahwa nilai oksigen terlarut di perairan sebaiknya berkisar antara 6,3 mg/l, makin rendah nilai DO maka makin tinggi tingkat pencemaran suatu ekosistem perairan tersebut.Untuk menghitung konsentrasi DO dalam perairan dapat di hitung dengan rumus;
DO= (V ( titran) x N ( titran) x 8 x 1000)/ V Botol titran-4
Dimana:
V( titran)= Volum larutan yang di pakai saat titrasi (ml)
N( titran)= Konsentrasi Na-thiosulfat 0,025 N
V botol DO= Volum bool yang di gunakan untuk menampung sampel
c. CO2
            Istilah karbondioksida bebas atau free CO2 digunakan untuk menjelaskan CO2 yang terlarut dalam air, selain yang berada dalam bentuk terikat sebagi ion bikarbonat(HCO3-) dan ion karbonat(CO32-).CO2 bebas menggambarkan keberadaan gas CO2 diperairan yang membentuk kesetimbangan dengan CO2 di atmosfer.Nilai CO2 yang terukur biasanya berupa CO2 bebas.
            Karbondioksida sangat diperlukan untukproses fotosintesis yaitu sebagai sumber karbon. Kandungan karbondioksida di setiap kedalaman nilainya selalu menurun. Pada kedalaman 0-2 m nilainya berkisar antara 4,99-6,59, pada kedalaman 2-4 m nilainya berkisar antara 4,39- 6,39 danpada kedalaman 4-6 m nilainya berkisar antara 4,32-5,99 mg/l.
d. TOM
            Tingginya kadar TOM karena habitat tersebut berupa rawa dan ditumbuhi vegetasi air yang banyak memasok serasah. Pergerakan air yang lemah serta adanya aliran inlet dari Sungai lain, juga menunjang tingginya komponen debu dan liat pada sedimen yang akan banyak menyimpan TOM. Sedimen dengan ukuran partikel lebih halus umumnya memiliki kandungan bahan organik lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran partikel yang lebih besar. Semakin halus tekstur substrat semakin besar kemampuannya menjebak bahan organic.
            Kadar TOM dalam sedimen mencirikan tingkat kesuburan suatu perairan.Kadar TOM <17% ( dari berat kering sedimen) menunjukkan tipe oligotrof, sedangkan kadar TOM >30 % mencirikan type eutrofik.
5. Amonia
            Amonia di perairan bersumber dari pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik (tumbuhan dan biota perairan yang telah mati) oleh mikroba jamur (proses amonifikasi). Amonia jarang ditemukan pada perairan yang mendapat cukup pasokan oksigen. Kadar amonia di perairan alami biasanya tidak lebih dari 0,1 mg/liter.
            Amonia banyak digunakan dalam proses produksi urea, industri bahan kimia,serta industri bubur kertas. Kadar amonia yang tinggi dapat merupakan indikasi adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik, industri, dan limpahan pupuk (run off) pupuk pertanian .
            Efendi (2000) dalam S.Y. Srie Rahayu, dkk(2007) mengatakan bahwa, feses biota akuatik merupakan limbah aktivitas metabolisme yang banyak mengeluarkan amoniak. Pescod(1973) mengatakan bahwa batas toleransi maksimum fitoplankton terhadap kandungan amonia di perairan adalah 0,2 mg/l.
f. Nitrat
            Keberadaan nitrat diperairan sangat dipengaruhi oleh buangan yang dapat berasal dari industri, bahan peledak, pirotekni, dan pemupukan. Secara alamiah kada nitrat biasanya rendah namun kadar nitrat dapat menjadi tinggi sekali dalam air tanah di daerah yang di beri pupuk yang di beri nitrat/ nitrogen.
            Kadar nitrit di perairan relatif kecil karena segera dioksidasi menjadi nitrat.Kadar nitrat di perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/liter.Kadar nitrat yang lebih dari 5 mg/liter menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia. Pada perairan yang menerima limpasan dari daerah pertanian yang banyak mengandung pupuk, kadar nitrat dapat mencapai 1.000 mg/liter.
g. Orthofosfat
            Fosfat merupakan unsur yang sangat esensial sebagai bahan nutrien bagi berbagai organisme akuatik.Fosfat merupakan unsur yang penting dalam aktivitas pertukaran energi dari organisme yang di butuhkan dalam jumlah sedikit(mikronutrien), sehingga fosfat berperan sebagi faktor pembatas bagi pertumbuhan organisme. Peningkatan konsentrasi fosfat dalam suatu ekosistem perairan akan meningkatkan pertumbuahan algae dan tumbuhan hewan lainnya secara cepat.Peningkatan yang menyebabkan terjadinya penurunan kadar oksigen terlarut, diikuti dengan timbulnya anaerob yang menghasilkan berbagai senyawa toksik misalnya methan, nitrat, dan belerang.
            Ortofosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan akuatik. Sumber fosfor lebih sedikit dibandingkan dengan sumber nitrogen di perairan dan keberadaan fosfor di perairan alami biasanya relatif sedikit dengan konsentrasi yang relatif kecil dibandingkan nitrogen. Sumber antropogenik fosfor di perairan adalah limbah industri dan domestik, yaitu fosfor yang berasal dari deterjen. Limpasan dari daerah pertanian yang menggunakan pupuk juga memberikan konstribusi yang cukup besar bagi keberadaan fosfor .
C.   pH
            Derajat keasaman atau pH merupakan suatu indeks kadar ion hidrogen (H+) yang mencirikan keseimbangan asam dan basa. Derajat keasaman suatu perairan, baik tumbuhan maupun hewan sehingga sering dipakai sebagai petunjuk untuk menyatakan baik atau buruknya suatu perairan (Odum, 1971). Nilai pH juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas perairan (Pescod, 1973). Nilai pH pada suatu perairan mempunyai pengaruh yang besar terhadap organisme perairan sehingga seringkali dijadikan petunjuk untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan (Odum, 1971). Biasanya angka pH dalam suatu perairan dapat dijadikan indikator dari adanya keseimbangan unsur-unsur kimia dan dapat mempengaruhi ketersediaan unsur-unsur kimia dan unsur-unsur hara yang sangat bermanfaat bagi kehidupan vegetasi akuatik. Tinggi rendahnya pH dipengaruhi oleh fluktuasi kandungan O2 maupun CO2. Tidak semua mahluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu alam telah menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan (Sary, 2006). Tingkat pH lebih kecil dari 4, 8 dan lebih besar dari 9, 2 sudah dapat dianggap tercemar. Disamping itu larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi, yaitu Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natrium, kalium, barium, kalsium, dan lain-lain. Larutan penyangga yang sedangkan pH yang tinggi mengindikasikan perairan basa. Larutan penyangga yang bersifat basa Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebihi. Secara pH parameter ntuk kehidupan ikan-ikan tersebut adalah 6,5-8,4.
Reaksi kimia yang terjadi (asam dan basa)
            Penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Dimana ion H+ yang ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COO- membentuk molekul CH3COOH.
CH3COO-(aq) + H+(aq) → CH3COOH(aq)
a. Pada penambahan basa
            Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH- dari basa itu akan bereaksi dengan ion H+ membentuk air. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion H+ dapat dipertahankan. Jadi, penambahan basa menyebabkan berkurangnya komponen asam (CH3COOH), bukan ion H+. Basa yang ditambahkan tersebut bereaksi dengan asam CH3COOH membentuk ion CH3COO- dan air.
CH3COOH(aq) + OH-(aq) → CH3COO-(aq) + H2O(l)
2. Larutan penyangga basa
            Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+ yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut:
b. Pada penambahan asam
            Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari asam akan mengikat ion OH-. Hal tersebut menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Disamping itu penambahan ini menyebabkan berkurangnya komponen basa (NH3), bukannya ion OH-. Asam yang ditambahkan bereaksi dengan basa NH3 membentuk ion NH4+.
NH3 (aq) + H+(aq) → NH4+ (aq)
Fungsi pH
            Derajat keasaman ini Ph sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Selain itu ikan dan mahluk-mahluk akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan mereka. Fluktuasi pH air sangat di tentukan oleh alkalinitas air tersebut. Apabila alkalinitasnya tinggi maka air tersebut akan mudah mengembalikan pH-nya ke nilai semula, dari setiap “gangguan” terhadap pengubahan pH. Dengan demikian kunci dari penurunan pH terletak pada penanganan alkalinitas dan tingkat kesadahan air. Apabila hal ini telah dikuasai maka penurunan pH akan lebih mudah dilakukan.
Keberadaan pH di suatu perairan
            Derajat Keasaman (pH) sangat penting sebagai parameter kualitas air yaitu diberbagai perairan:
a. Laut
            Air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat menimbulkan perubahan dan ketidak seimbangan kadar CO2 yang dapat membahayakan kehidupan biota laut. pH air laut permukaan di Indonesia umumnya bervariasi dari lokasi ke lokasi antara 6.0 – 8,5. Perubahan pH dapat mempunyai akibat buruk terhadap kehidupan biota laut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Akibat langsung adalah kematian ikan, burayak, telur, dan lain-lainnya, serta mengurangi produktivitas primer. Akibat tidak langsung adalah perubahan toksisitas zat-zat yang ada dalam air, misalnya penurunan pH sebesar 1,5 dari nilai alami dapat memperbesar toksisitas NiCN sampai 1000 kali.
b. Danau
            Perairan danau nilai pH berkisar pH 6,7 – 8,6 hal ini dkarenakan karena kedalaman danau dangkal sehingga pH tanah sangat mempengaruhinya.

c. Waduk
            Perairan waduk nilai pH berkisar 5,7-10,5 hal ini dikarenakan Pengkuran pH dan konduktivitas menunjukkan bahwa penurunan pH sejalan dengan kedalaman, diikuti kenaikan konduktivitas. Hal ini disebabkan proses dekomposisi bahan organik menyebabkan terbentuknya senyawasenyawa asam organik yang akan menurunkan pH, dan pelepasan senyawa anorganik yang akan memperkaya kandungan ion dalam perairan sehingga meningkatkan konduktivitas.
d. Sungai
            Nilai derajat keasaman (pH) suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan (Saeni, 1989). Sebagian besar biota akuatik sensitive terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5 .
            Derajat Keasaman (pH) sangat penting sebagai parameter kualitas air karena pH mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Selain itu organisme akuatik dapat bertahan hidup pada kisaran ph tertentu. Fluktuasi pH sangat ditentukan oleh alkaliniitas air tersebut. Suatu perairan yang produktif dan mendukung kelangsungan hidup organisme akuatik terutama ikan menurut PP No. 82 (2001) yaitu berkisar 6-9. Syarat Hidup dan Kebiasaan Hidup. Ikan sangat toleran terhadap derajat keasaman (pH) air. Ikan ini dapat bertahan hidup di perairan dengan derajat keasamaan yang agak asam (pH rendah) sampai di perairan yang basa (pH tinggi) dengan pH 5-9. Kandungan oksigen yaitu 02 terlarut yang dibutuhkan bagi kehidupan patin adalah 3-6 ppm. Kadar karbondioksida (CO2) yang bisa ditoleran adalah 9-20 ppm. Tingkat alkalinitas yang dibutuhkan 80-250 ppm. Secara sederhana, pengertian pH menunjukkan kondisi asam atau basa dari suatu perairan. Derajat keasaman juga merupakan indikator yang dapat mempengaruhi ketersediaan unsur-unsur lain yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan. Nilai pH yang rendah mengindikasikan bahwa perairan asam, sedangkan pH yang tinggi mengindikasikan perairan basa. Kedua kondisi ini tidak baik untuk kegiatan budidaya. Perubahan pH secara mendadak ditandai dengan berenangnya ikan sangat cepat. Bila terjadi penurunan pH secara terus-menerus, akan keluar lendir yang berlebihan atau iritasi kulit sehingga ikan akan mudah diserang penyakit. Kondisi yang baik untuk ukuran keasaman perairan budidaya berada pada kisaran pH 6 —8 (R. Eko Prihartono, 2004). pH atau kadar keasamaan air yang baik untuk budidaya lobster air tawar adalah berada pada angka 6 sampai 8. (lihat gambar skala pH berikut). Kadar keasaman ini dapat dijaga dengan total alkanitas, jumlah plankton yang tidak berlebihan dan kebersihan dari das.
Perubahan  pH di Perairan
            Tingkat keasaman (pH) perairan merupakan parameter kualitas air yang penting dalam ekosistem perairan tambak. Faktor- faktor yang Perubahan pH di perairan yaitu:
1.      Aktivitas fotosintesis
2.      Aktivitas respirasi
            Fotosintesis memerlukan karbon di oksida, yang oleh komponen autotrof akan dirubah menjadi monosakarida. Penurunan karbon dioksida dalam ekosistem akan meningkatkan pH perairan. Sebaliknya, proses respirasi oleh semua komponen ekosostem akan meningkatkan jumlah karbon dioksida, sehingga pH perairan menurun (Wetzel, 1983). Nilai pH perairan merupakan parameter yang dikaitkan dengan  konsentrasi karbon dioksida (CO2) dalam ekosistem. Semakin tinggi konsentrasi karbon dioksida, pH perairan semakin rendah. Konsetrasi karbon dioksida ditentukan pula oleh keseimbangan antara proses fotosintesis dan respirasi. Fotosintesis merupakan proses yang menyerap CO2, sehigga dapat meningkatkan pH perairan. Sedangkan respirasi menghasilkan CO2 kedalam ekosistem, sehingga pH perairan menurun. Karbon dioksida dalam ekosistem perairan dihasilkan melalui proses respirasi oleh semua organisme dan proses perombakan bahan organik dan anorganik oleh bakteri.
            Selain dari itu pH di perairan dari yang tinggi ke pH rendah dapat disanggah oleh unsur calsium yang terdapat dalam air asli itu sendiri. Apabila suatu perairan kadar calsium dalam bentuk Ca(HCO3)2 cukup tinggi, maka daya menyanggah air terhadap pergoncangan pH menjadi besar.Unsur Ca didalam air membentuk dua macam senyawa yaitu:
1.   Senyawa kalsium carbonat (CaCO3) yang tidak dapat larut
2.   Senyawa kalsium bicarbonat atau kalsium hidrogen karbonat (Ca(HCO3)2) yang dapat larut dalam air.
            Faktor yang menentukan besar kecilnya kemampuan penyanggah pergoncangan asam (pH) adalah banyaknya Ca (HCO3)2 di dalam air.
            Proses terjadinya penyanggahan asam didalam air adalah sbb: Kalau dalam suatu perairan, CO2 terambil, maka mula-mula pH air akan naik, akan tetapi pada saat yang bersamaan Ca(HCO3)2 yang larut dalam air itu akan pecah.
            Sehingga dalam air itu terjadi pembentukan CO2 yang baru, selanjutnya pH air mempunyai kecenderungan untuk turun lagi. Berdasarkan proses tersebut diatas, kadar Ca yang terkandung dalam air menjadi berkurang. Kalsium bikarbonat yang terbentuk pada pemecahan itu akan mengendap berupa endapan putih didasar perairan, pada daun-daun tanaman air dsb. Sebaliknya, apabila terbentuk gas CO2 yang banyak didalam air maka mula-mula pH air mempunyai kecenderungan untuk turun akan tetapi dengan segera gas CO2 yang berkeliaran bebas itu akan diikat oleh CaC03 yang sulit larut dalam air . Sehingga jumlah CO2 bebasnya akan berkurang, akibatnya pH air mempunyai kecenderungan untuk naik, sehingga kecenderungan pH untuk turun dapat disanggah.Jadi jumlah Ca (HCO3 )2 dalam air merupakan salah satu unsur dari baik buruknya perairan sebagai lingkungan hidup.
Penyebab Utama Penurunan pH di Hatchery
            Dalam usaha budidaya  di hatchery, pertumbuhan organisme budidaya sangat dipengaruhi oleh kualitas air dan jumlah pakan yang di berikan. Jumlah pakan yang di berikan tergantung  tingkat konsumsi dan kebiasaan makan dari organisme  budidaya itu sendiri.   Jika takaran atau dosis pakan yang di berikan sesuai maka proses pertumbuhan organisme budidaya  dapat berlangsung dengan baik. Tetapi jumlah pakan yang diberikan tidak sesuai takaran atau dosis yang di tentukan maka laju pertumbuhan organisme budidaya akan terhamabat.
            Selain dari itu juga, jika jumlah pakan yang diberikan, melebihi takaran atau dosis  untuk kebutuhan konsumsi organisme budidaya, maka  jumlah pakan yang lebih tersebut akan mengendap didasar bak pemeliiharaan (hatchery). Sehingga apabila proses ini berjalan terus maka lama kelamaan jumlah endapan pakan di dasar bak semakin meningkat dan mengalami pembusukan. Sehingga dengan peningkatan endapan pakan yang ada di dasar hatchery tersebut maka akan menyebabkan terjadinya penurunan pH. Sehingga perairan budidaya hatchery tersebut akan mengalami tingkat keasaman.
Pengaruh Perubahan  pH Terhadap Kesehatan Ikan
            Pescod (1973) menyatakan bahwa toleransi untuk kehidupan ikan terhadap pH bergantung kepada banyak faktor meliputi suhu, konsentrasi oksigen terlarut, adanya variasi bermcam-macam anion dan kation, jenis dan daur hidup biota. Perairan basa (7 – 9) merupakan perairan yang produktif dan berperan mendorong proses perubahan bahan organik dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat diassimilasi oleh fotoplankton (Suseno, 1974).
            pH air berfluktuasi mengikuti kadar CO2 terlarut dan memiliki pola hubungan terbalik, semakin tinggi kandungan CO2 perairan, maka pH akan menurun dan demikian pula sebaliknya. Fluktuasi ini akan berkurang apabila air mengandung garam CaCO3 (Cholik et al., 2005). pH air yang tidak optimal akan berpengaruh, meningkatkan daya racun hasil metabolisme seperti NH3 dan H2S.
            Adanya peningakatan daya racun hasil metabolisme tersebut maka dapat menyebabkan kondisi tubuh  ikan terganggu, misalnya:
–                Ikan mengalami sters
–                Tidak memiliki nafsu makan
–                Cara berenangnya tidak stabil, dan gelisah
–                Tidak mampu berkembang biak atau bertelur.
–                 Pertumbuhan terhambat
            Dengan melihat Kondisi ikan yang terganggu tersebut maka organisme pathogen  penyebab penyakit seperti jamur, bakteri, parasit dan virus, mempunyai kesempatan untuk masuk dan menyerang ikan tersebut. Dan jika serangan organisme pathogen tersebut tidak di tanggulangi atau tidak di cegah dengan baik maka ikan yang terkena serangan  tersebut akan mengalami kematian.

KESIMPULAN

            Beberapa factor yang menjadi indicator pengaruh terhadap perairan dibagi menjadi dua macam, yaitu factor kimia dan fisika. Factor fisika diantaranya : tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna, bau dan rasa, bahan padat (solid), gaya antar listrik, radioaktifitas, dan viskositas. Faktor kimia diantaranya : zat kimia yang terlarut, perubahan pH, potensial reduksi – oksidasi, alkalinitas, kesadahan, asiditas, kebutuhan oksigen, hydrogen, dan fosfat.
            Akibat pengaruh factor fisika dan kimia pada perairan adalah dampaknya akan langsung mengenai organisme di perairan  tersebut. Seperti pengaruh  pH terhadap perairan adalah mengakibatkan adanya racunikan di perairan tersebut mengakibatkan meningkatnya daya racun hasil metabolisme seperti NH3 dan H2S. Adanya peningakatan daya racun hasil metabolisme tersebut maka dapat menyebabkan kondisi tubuh  ikan terganggu, misalnya : Ikan mengalami stress, tidak memiliki nafsu  makan, cara berenangnya tidak stabil dan gelisah, tidak mampu berkembang biak atau bertelur, pertumbuhan terhambat.
            Adapun faktor- factor yang mempengaruhi perubahan  pH di perairan  yaitu akibat dari aktivitas fotosintesis dan aktivitas respirasi